Hari itu tepatnya hari jumat seperti biasa ke kampus itu naik angkot, kalau anak - anak gaul bilangnya naik petol - petol. Sebelum saya melangkahkan kaki ke angkot tersebut saya sudah melihat dari sudut, tengah, dan bahkan depan terdapat lima anak sekolah yang sedang duduk sambil bermain dengan gadget mereka.
Diperjalan mereka turun satu persatu, anak sekolah yang pertama mengenakkan seragam olahraga mekangkah turun dari angkot kemudian membayar bapak supirnya dengan harga Rp.2.000, berikutnya anak sekolah yang menggunkan seragam pramuka lagi - lagi membayar dengan harga Rp.2000 dan sampai pada anak ke-5 bapak supir ini dibayar dengan harga Rp.2000 padahal sudah terdapat harga yang disepakati dan jelas - jelas harga angkot yang baru itu terdapat dipintu angkot, untuk pelajar bayarnya Rp.4000 dan umum Rp.5.000
- Terdapat 5 anak sekolah berarti 5 * 4.000 = Rp.20.000
- Faktanya anak - anak tersebut membayar 5* 2.000 =Rp.10.000
- Kerugian yang ditanggung bapak supir tersebut sebesar Rp.10.000
- Mari berandai - andai jika kejadian ini terjadi secara berkelanjutan
Tetapi bapak ini dengan ikhlasnya mengikhlaskan Rp.2.000 untuk mengantarkan para generasi bangsa untuk memperoleh pendidikan disekolahnya. Patut diapresiasi, karna diliuar sana begitu banyak yang menentang dan mempermasalahkan sebesar Rp.2.000 tapi beliau mengikhlaskannya.
Ini bukan merupakan surat terbuka atau semacamnya, ini juga tulisan yang sifatnya yang menolak kebijakan pemerintah, ini bukan juga merupakan aksi demo menentang kenaikan Rp.2000 tapi ini sekedar tulisan agar kita lebih peka terhadap disekeliling kita dan memebritahukan bahwa masih ada cara lain untuk berbakti kepada ibu pertiwi apapun profesinya.

No comments:
Post a Comment